Friday 3 October 2008

BAGIAN PERTAMA: ARAB PRA-ISLAM

BAGIAN PERTAMA: ARAB PRA-ISLAM (2/4)
Muhammad Husain Haekal

Kedua kekuatan yang sekarang sedang berhadap-hadapan ituialah: kekuatan Kristen dan kekuatan Majusi, kekuatan Baratberhadapan dengan kekuatan Timur. Bersamaan dengan itukekuasaan-kekuasaan kecil yang berada dibawah pengaruh keduakekuatan itu, pada awal abad keenam berada di sekitar jazirahArab. Kedua kekuatan itu masing-masing mempunyai hasratekspansi dan penjajahan. Pemuka-pemuka kedua agama itumasing-masing berusaha sekuat tenaga akan menyebarkan agamanyake atas kepercayaan agama lain yang sudah dianutnya.Sungguhpun demikian jazirah itu tetap seperti sebuah oasisyang kekar tak sampai terjamah oleh peperangan, kecuali padabeberapa tempat di bagian pinggir saja, juga tak sampaiterjamah oleh penyebaran agama-agama Masehi atau Majusi,kecuali sebagian kecil saja pada beberapa kabilah. Gejalademikian ini dalam sejarah kadang tampak aneh kalau tidak kitalihat letak dan iklim jazirah itu serta pengaruh keduanyaterhadap kehidupan penduduknya, dalam aneka macam perbedaandan persamaan serta kecenderungan hidup mereka masing-masing.

Jazirah Arab bentuknya memanjang dan tidak parallelogram. Kesebelah utara Palestina dan padang Syam, ke sebelah timurHira, Dijla (Tigris), Furat (Euphrates) dan Teluk Persia, kesebelah selatan Samudera Indonesia dan Teluk Aden, sedang kesebelah barat Laut Merah. Jadi, dari sebelah barat dan selatandaerah ini dilingkungi lautan, dari utara padang sahara dandari timur padang sahara dan Teluk Persia. Akan tetapi bukanrintangan itu saja yang telah melindunginya dari serangan danpenyerbuan penjajahan dan penyebaran agama, melainkan jugakarena jaraknya yang berjauh-jauhan. Panjang semenanjung itumelebihi seribu kilometer, demikian juga luasnya sampai seribukilometer pula. Dan yang lebih-lebih lagi melindunginya ialahtandusnya daerah ini yang luar biasa hingga semua penjajahmerasa enggan melihatnya. Dalam daerah yang seluas itu sebuahsungaipun tak ada. Musim hujan yang akan dapat dijadikanpegangan dalam mengatur sesuatu usaha juga tidak menentu.Kecuali daerah Yaman yang terletak di sebelah selatan yangsangat subur tanahnya dan cukup banyak hujan turun, wilayahArab lainnya terdiri dari gunung-gunung, dataran tinggi,lembah-lembah tandus serta alam yang gersang. Tak mudah orangakan dapat tinggal menetap atau akan memperoleh kemajuan.Samasekali hidup di daerah itu tidak menarik selain hidupmengembara terus-menerus dengan mempergunakan unta sebagaikapalnya di tengah-tengah lautan padang pasir itu, sambilmencari padang hijau untuk makanan ternaknya, beristirahatsebentar sambil menunggu ternak itu menghabiskan makanannya,sesudah itu berangkat lagi mencari padang hijau baru di tempatlain. Tempat-tempat beternak yang dicari oleh orang-orangbadwi jazirah biasanya di sekitar mata air yang menyumber daribekas air hujan, air hujan yang turun dari celah-celah batu didaerah itu. Dari situlah tumbuhnya padang hijau yang terserakdi sana-sini dalam wahah-wahah yang berada di sekitar mataair.

Sudah wajar sekali dalam wilayah demikian itu, yang sepertiSahara Afrika Raya yang luas, tak ada orang yang dapat hidupmenetap, dan cara hidup manusia yang biasapun tidak puladikenal. Juga sudah biasa bila orang yang tinggal di daerahitu tidak lebih maksudnya hanya sekadar menjelajahinya danmenyelamatkan diri saja, kecuali di tempat-tempat yang takseberapa, yang masih ditumbuhi rumput dan tempat beternak.Juga sudah sewajarnya pula tempat-tempat itu tetap tak dikenalkarena sedikitnya orang yang mau mengembara dan maumenjelajahi daerah itu. Praktis orang zaman dahulu tidakmengenal jazirah Arab, selain Yaman. Hanya saja letaknya itutelah dapat menyelamatkan dari pengasingan dan penghuninyapundapat bertahan diri.

Pada masa itu orang belum merasa begitu aman mengarungi lautanguna mengangkut barang dagangan atau mengadakan pelayaran.Dari peribahasa Arab yang dapat kita lihat sekarangmenunjukkan, bahwa ketakutan orang menghadapi laut samaseperti dalam menghadapi maut. Tetapi, bagaimanapun juga untukmengangkut barang dagangan itu harus ada jalan lain selainmengarungi bahaya maut itu. Yang paling penting transporperdagangan masa itu ialah antara Timur dan Barat: antaraRumawi dan sekitarnya, serta India dan sekitarnya. JazirahArab masa itu merupakan daerah lalu-lintas perdagangan yangdiseberanginya melalui Mesir atau melalui Teluk Persia, lewatterusan yang terletak di mulut Teluk Persia itu. Sudah tentuwajar sekali bilamana penduduk pedalaman jazirah Arab itumenjadi raja sahara, sama halnya seperti pelaut-pelaut padamasa-masa berikutnya yang daerahnya lebih banyak dikuasai airdaripada daratan, menjadi raja laut. Dan sudah wajar pulabilamana raja-raja padang pasir itu mengenal seluk-beluk jalanpara kafilah sampai ke tempat-tempat yang berbahaya, samahalnya seperti para pelaut, mereka sudah mengenal garis-garisperjalanan kapal sampai sejauh-jauhnya. "Jalan kafilah itubukan dibiarkan begitu saja," kataHeeren, "tetapi sudahmenjadi tempat yang tetap mereka lalui. Di daerah padang pasiryang luas itu, yang biasa dilalui oleh para kafilah, alamtelah memberikan tempat-tempat tertentu kepada mereka,terpencar-pencar di daerah tandus, yang kelak menjadi tempatmereka beristirahat. Di tempat itu, di bawah naunganpohon-pohon kurma dan di tepi air tawar yang mengalir disekitarnya, seorang pedagang dengan binatang bebannya dapatmenghilangkan haus dahaga sesudah perjalanan yang melelahkanitu. Tempat-tempat peristirahatan itu juga telah menjadigudang perdagangan mereka, dan yang sebagian lagi dipakaisebagai tempat penyembahan, tempat ia meminta perlindunganatas barang dagangannya atau meminta pertolongan dari tempatitu."1

Lingkungan jazirah itu penuh dengan jalan kafilah. Yangpenting di antaranya ada dua. Yang sebuah berbatasan denganTeluk Persia, Sungai Dijla, bertemu dengan padang Syam danPalestina. Pantas jugalah kalau batas daerah-daerah sebelahtimur yang berdekatan itu diberi nama Jalan Timur. Sedang yangsebuah lagi berbatasan dengan Laut Merah; dan karena itudiberi nama Jalan Barat. Melalui dua jalan inilah produksibarang-barang di Barat diangkut ke Timur dan barang-barang diTimur diangkut ke Barat. Dengan demikian daerah pedalaman itumendapatkan kemakmurannya.

Akan tetapi itu tidak menambah pengetahuan pihak Barat tentangnegeri-negeri yang telah dilalui perdagangan mereka itu.Karena sukarnya menempuh daerah-daerah itu, baik pihak Baratmaupun pihak Timur sedikit sekali yang mau mengarunginya -kecuali bagi mereka yang sudah biasa sejak masa mudanya.Sedang mereka yang berani secara untung-untunganmempertaruhkan nyawa banyak yang hilang secara sia-sia ditengah-tengah padang tandus itu. Bagi orang yang sudah biasahidup mewah di kota, tidak akan tahan menempuh gunung-gunungtandus yang memisahkan Tihama dari pantai Laut Merah dengansuatu daerah yang sempit itu. Kalaupun pada waktu itu ada jugaorang yang sampai ke tempat tersebut - yang hanya mengenalunta sebagai kendaraan - ia akan mendaki celah-celahpegunungan yang akhirnya akan menyeberang sampai ke datarantinggi Najd yang penuh dengan padang pasir. Orang yang sudahbiasa hidup dalam sistem politik yang teratur dan dapatmenjamin segala kepuasannya akan terasa berat sekali hidupdalam suasana pedalaman yang tidak mengenal tata-tertibkenegaraan. Setiap kabilah, atau setiap keluarga, bahkansetiap pribadipun tidak mempunyai suatu sistiem hubungandengan pihak lain selain ikatan keluarga atau kabilah atauikatan sumpah setia kawan atau sistem jiwar (perlindunganbertetangga) yang biasa diminta oleh pihak yang lemah kepadayang lebih kuat.

Pada setiap zaman tata-hidup bangsa-bangsa pedalaman itumemang berbeda dengan kehidupan di kota-kota. Ia sudah puasdengan cara hidup saling mengadakan pembalasan, melawanpermusuhan dengan permusuhan, menindas yang lemah yang tidakmempunyai pelindung. Keadaan semacam ini tidak menarikperhatian orang untuk membuat penyelidikan yang lebih dalam.

Oleh karena itu daerah Semenanjung ini tetap tidak dikenaldunia pada waktu itu. Dan barulah kemudian - sesudah Muhammads.a.w. lahir di tempat tersebut - orang mulai mengenalsejarahnya dari berita-berita yang dibawa orang dari tempatitu, dan daerah yang tadinya samasekali tertutup itu sekarangsudah mulai dikenal dunia.

Tak ada yang dikenal dunia tentang negeri-negeri Arab ituselain Yaman dan tetangga-tetangganya yang berbatasan denganTeluk Persia. Hal ini bukan karena hanya disebabkan olehadanya perbatasan Teluk Persia dan Samudera Indonesia saja,tetapi lebih-lebih disebabkan oleh - tidak sepertijazirah-jazirah lain - gurun sahara yang tandus. Dunia tidaktertarik, negara yang akan bersahabatpun tidak merasa akanmendapat keuntungan dan pihak penjajah juga tidak punyakepentingan. Sebaliknya, daerah Yaman tanahnya subur, hujanturun secara teratur pada setiap musim. Ia menjadi negeriperadaban yang kuat, dengan kota-kota yang makmur dantempat-tempat beribadat yang kuat sepanjang masa. Pendudukjazirah ini terdiri dari suku bangsa Himyar, suatu suku bangsayang cerdas dan berpengetahuan luas. Air hujan yang menyiramibumi ini mengalir habis menyusuri tanah terjal sampai ke laut.Mereka membuat Bendungan Ma'rib yang dapat menampung arus airhujan sesuai dengan syarat-syarat peradaban yang berlaku.

Sebelum di bangunnya bendungan ini , air hujan yang derasterjun dari pegunungan Yaman yang tinggi-tinggi itu, menyusurturun ke lembah-lembah yang terletak di sebelah timur kotaMa'rib. Mula-mula air turun melalui celah-celah dua buahgunung yang terletak di kanan-kiri lembah ini, memisahkan satusama lain seluas kira-kira 400 meter. Apabila sudah sampai diMa'rib air itu menyebar ke dalam lembah demikian rupa sehinggahilang terserap seperti di bendungan-bendungan Hulu SungaiNil. Berkat pengetahuan dan kecerdasan yang ada pada pendudukYaman itu, mereka membangun sebuah bendungan, yaitu BendunganMa'rib. Bendungan ini dibangun daripada batu di ujung lembahyang sempit, lalu dibuatnya celah-celah guna memungkinkanadanya distribusi air ke tempat-tempat yang mereka kehendakidan dengan demikian tanah mereka bertambah subur.

Peninggalan-peninggalan peradaban Himyar di Yaman yang pernahdiselidiki - dan sampai sekarang penyelidikan itu masihditeruskan -menunjukkan, bahwa peradaban mereka pada suatusaat memang telah mencapai tingkat yang tinggi sekali, jugasejarahpun menunjukkan bahwa Yaman pernah pula mengalamibencana.

Sungguhpun begitu peradaban yang dihasilkan dari kesuburannegerinya serta penduduknya yang menetap menimbulkan gangguanjuga dalam lingkungan jazirah itu. Raja-raja Yaman kadang darikeluarga Himyar yang sudah turun-temurun, kadang juga darikalangan rakyat Himyar sampai pada waktu Dhu Nuwas al-Himyariberkuasa. Dhu Nuwas sendiri condong sekali kepada agama Musa(Yudaisma), dan tidak menyukai penyembahan berhala yang telahmenimpa bangsanya. Ia belajar agama ini dari orang-orangYahudi yang pindah dan menetap di Yaman. Dhu Nuwas inilah yangdisebut-sebut oleh ahli-ahli sejarah, yang termasuk dalamkisah "orang-orang yang membuat parit," dan menyebabkanturunnya ayat: "Binasalah orang-orang yang telah membuatparit. Api yang penuh bahan bakar. Ketika mereka duduk ditempat itu. Dan apa yang dilakukan orang-orang beriman itumereka menyaksikan. Mereka menyiksa orang-orang itu hanyakarena mereka beriman kepada Allah Yang Maha Mulia danTerpuji." (Qur'an 85:4-8)

Cerita ini ringkasnya ialah bahwa ada seorang pengikut NabiIsa yang saleh bernama Phemion telah pindah dari KerajaanRumawi ke Najran. Karena orang ini baik sekali, penduduk kotaitu banyak yang mengikuti jejaknya, sehingga jumlah merekamakin lama makin bertambah juga. Setelah berita itu sampaikepada Dhu Nuwas, ia pergi ke Najran dan dimintanya kepadapenduduk supaya mereka masuk agama Yahudi, kalau tidak akandibunuh. Karena mereka menolak, maka digalilah sebuah paritdan dipasang api di dalamnya. Mereka dimasukkan ke dalam parititu dan yang tidak mati karena api, dibunuhnya kemudian denganpedang atau dibikin cacat. Menurut beberapa buku sejarahkorban pembunuhan itu mencapai duapuluh ribu orang. Salahseorang di antaranya dapat lolos dari maut dan dari tangan DhuNuwas, ia lari ke Rumawi dan meminta bantuan KaisarYustinianus atas perbuatan Dhu Nuwas itu. Oleh karena letakKerajaan Rumawi ini jauh dari Yaman, Kaisar itu menulis suratkepada Najasyi (Negus) supaya mengadakan pembalasan terhadapraja Yaman. Pada waktu itu [abad ke-6] Abisinia yang dipimpinoleh Najasyi sedang berada dalam puncak kemegahannya.Perdagangan yang luas melalui laut disertai oleh armada yangkuat2 dapat menancapkan pengaruhnya sampai sejauh-jauhnya.Pada waktu itu ia menjadi sekutu Imperium Rumawi Timur danyang memegang panji Kristen di Laut Merah, sedang KerajaanRumawi Timur sendiri menguasainya di bagian Laut Tengah.

0 comments:

..:: MY LIVE ::..

Thoriqat Qodhiriyah IKHWAN Ahli BAI'AH 30
Simpang Tiga

..:: ABOUT TAZKIRAH ::..



Rahsia hidup kita

"DIRI" ini lah yang menghidupkan jasad selagi ada hayatnya di dunia ini, "DIRI" ini harus di kenal dan dirasai sepenuh nya oleh kita,kerana ia mengandungi banyak rahsia dan serba guna, di dunia dan akhirat, Insyaallah.

Kenal kah "DIRI" tadi kepada Tuhan nya? Sudah tentu kerana dia datang dari sana, dari MAHA pencipta dan MAHA besar.

Banyak lagi persoalan yang akan timbul apabila kita dapat mengenal "DIRI" kita yang sebenar benar "DIRI" ini, kita harus belajar dari "DIRI" ini:

Dia mengetahui kerana dia datang dari yang MAHA mengetahui

Dia bijak kerana datang dari yang MAHA bijaksana

Dia lah sebaik baik Guru dalam kehidupan kita

Kehidupan sebenar ialah di dalam, dan kehidupan dunia ini mendatang kemudian,

..:: AWARD FOR FRIEND ::..

..:: TAZKIRAH FOLLOWERS ::..

  © Blogger templates The Professional Template by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP